Tangerang
Selatan, Media Center – Alumni Ikatan Mahasiswa
Nahdliyyin (Al-IMAN) gelar pengajian secara virtual bersama Habib Jindan pada
Sabtu (28/8) sebagai peringatan bulan kemerdekaan dan tahun baru Islam.
Kedua
momen besar tersebut kebetulan terjadi pada waktu yang bersamaan sehingga hal
itu menjadi momentum mengobarkan semangat. “Ini (bulan kemerdekaan dan tahun
baru Islam) momentum yang pas buat kita untuk membangun semangat, yang pertama
adalah semangat muhasabah,” ujar Kiai Tamam Khaulani, Ketua Al-IMAN saat ini.
Pengajian
ini bersinergi dengan berbagai elemen kampus dan organisasi sebagai akselerasi
kebermanfaatan ke depannya. “Kami juga berkolaborasi dengan berbagai elemen
kampus (BEM, Medcen), organisasi alumni (Ikanas), serta organisasi di Kemenkeu
yaitu UPZ Kemenkeu,” kata Alvan Chaqiqi, koordinator kegiatan Peringatan Hari
Besar Islam saat diwawancarai melalui pesan WhatsApp. Dia juga menyampaikan
bahwa acara ini dapat meningkatkan peran dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah
serta IMAN dan Al-IMAN untuk berdakwah secara professional.
Dalam
peringatan bulan kemerdekaan dan tahun baru Islam ini, Habib Jindan mengajak
kita meneladani sifat Rasulullah, Nabi Muhammad saw., salah satunya adalah
kesabaran Rasulullah saat dicaci dan difitnah. Beliau bahkan menganjurkan kita
beribadah meskipun orang lain menzalimi kita. “Ibadah di masa-masa fitnah, kata
Rasulullah saw. itu pahalanya seperti hijrah kepada aku (Nabi Muhammad saw.),”
tegas beliau.
Habib
Jindan menjelaskan kembali bahwa Nabi Muhammad saw. adalah manusia paling
amanat dan sosok muslim sejati. Bahkan, proses hijrah beliau dinantikan oleh
seluruh umat, tak terkecuali seorang pendeta bernama Abdullah bin Salam.
Kelebihan sifat beliau selanjutnya terbukti ketika Rasulullah saw. akan dibunuh
oleh orang kafir yang kalah perang. Atas pertolongan Allah Swt. peristiwa
tersebut digagalkan. Si orang kafir ditawari masuk Islam, tapi ia menolak.
Ketika orang tersebut berjanji tidak akan memerangi Islam meskipun ia tak mau
menjadi muslim, Rasulullah swt. membiarkannya pergi begitu saja. Beliau lebih
memilih memaafkan daripada langsung menghakimi tersangka percobaan pembunuhan
itu.
Meskipun
persiapannya cukup singkat, hanya sekitar 10 hari, acara dapat berlangsung dengan
lancar, baik melalui Zoom Meeting dan YouTube
yang dihadiri hampir 200 peserta. Pengajian seperti ini pun bagus diadakan,
apalagi secara rutin karena banyak hikmahnya, di antaranya mempererat
persaudaraan dan meningkatkan aksi-aksi sosial. “Banyak hal yang bisa kita
lakukan, baik dalam rangka menegakkan atau mempererat persahabatan persaudaraan
di antara kita dan juga yang kedua dalam rangka meningkatkan aksi-aksi sosial
di saat pandemi yang mendera republik ini,” kata Helmy Yahya, ketua Ikatan
Alumni STAN (IKANAS).
Salah
seorang peserta juga menyampaikan bahwa acara ini menyadarkan kita bahwa Islam
adalah rahmat semesta alam. “Sebagi umat muslim kita harus menampilkan wajah
muslim yang sebenarnya, kita harus mencerminkan bahwa Islam rahmatan Lil
Al-Amin,” kata Nensy Setyaningrum. Dia juga menambahkan harapan, semoga kita
disembuhkan dari pandemi batin dan dzahir—penyakit jasmani.
Reporter:
Surono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar