“A leader
is one who knows the way, goes the way, and shows the way”—John
C. Maxwell
Sepenggal kalimat Maxwell tersebut seharusnya sudah menjadi alasan yang cukup bagi kita untuk mengamini satu hal: memilih seorang pemimpin itu penting. Dari lingkup terkecil seperti kelompok belajar, kita acapkali membutuhkan pemimpin untuk mengarahkan kita untuk mencapai suatu tujuan. Begitu pula dengan lingkup yang lebih luas lagi, dalam konteks sebagai mahasiswa, kita mengenal Pemira. Pemira atau Pemilihan Raya merupakan implementasi demokrasi untuk memilih Presiden/Wakil Presiden Mahasiswa di perguruan tinggi. Di Politeknik Keuangan Negara STAN, Pemira tahun 2024 akan dilaksanakan pada 25 November mendatang dengan tiga pasangan calon yang telah dinyatakan memenuhi kualifikasi. Guna memperoleh komparasi visi misi dan perspektif dari masing-masing calon presma/wapresma, persma PKN STAN, Media Center secara khusus meliput terkait hal tersebut.
Rally menyebutkan bahwa visi-misi miliknya tersebut sarat aspirasi karena dibuat setelah mengakomodasi suara dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa Alih Program (AP). Bagi Rally, peran mahasiswa di kampus bukan hanya sebagai policy recipient atau penerima kebijakan, melainkan sebagai stakeholder yang seharusnya selalu diikutsertakan dalam setiap pembuatan kebijakan publik di lingkup kampus.
“Peran mahasiswa itu sangat dibutuhkan karena aspirasinya, karena kita juga yang kena kebijakannya juga. Akreditasi kampus itu berdasarkan mahasiswanya. Makanya agak lucu kalau dibuat kebijakan tanpa mengikutsertakan mahasiswa.” ujar Rally ketika mengelaborasi pertanyaannya bahwa mahasiswa sebagai stakeholder.
Untuk memperkuat peran mahasiswa, Rally meng-higlight eksistensi BEM dan BLM. Menurutnya, keduanya mempunyai power di hadapan lembaga sehingga perannya penting untuk membantu stakeholder dalam mengangkat aspirasi. Sejalan dengan itu, perspektifnya tentang kepemimpinan dan pemimpin terangkum dalam dua kata: berpengaruh dan belajar. Sebagai pemimpin, seseorang harus mampu mempengaruhi beberapa hal tetapi juga wajib untuk terus belajar.
Kemudian, untuk merealisasikan visi nomor tiga yaitu mengoptimalkan potensi, minat, dan bakat mahasiswa, pasangan calon nomor tiga mempunyai program unggulan khusus yang mereka sebut Markas Kreasi. Fokusnya, Markas Kreasi akan mengoptimalisasi penggunaan Gedung E untuk mengoordinir UKM dan Ormawa agar menghasilkan output yang jelas. Sementara, kebijakan unggulan yang akan diterapkan jika terpilih nantinya meliputi efisiensi kegiatan melalui pengukuran kegiatan menggunakan indikator yang jelas.
Lalu terkait dengan isu di lingkungan kampus, secara spesifik concern Rally ialah menyoal kurangnya pelibatan mahasiswa dalam berbagai kebijakan yang berimplikasi ke banyak hal. Oleh karena itu, ia akan menggandeng pihak-pihak yang memiliki power dan kepedulian untuk berkolaborasi melalui diskusi ataupun advokasi. Selain itu, Rally juga menambahkan bahwa whistleblowing system dan Kemenkeu Satu juga akan menjadi cara lain untuk mem-blow up berbagai isu lain di lingkungan kampus.
Terakhir, jika terpilih sebagai presma nantinya, Rally siap dikritik atas kinerjanya.
“Jadi
kalau memang mau mengkritik, misalnya aku terpilih sebagai presiden mahasiswa
terus kerjaku nggak bener, upload aja mukaku terus kasih tanda X. Itu nggak ada
masalah,” ungkapnya tegas.
Kontributor:
Alberto Yuanito Tako Payong
Atika Tegar Imawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar