Belakangan,
mahasiswa turun ke jalan menyuarakan pendapat-pendapat mereka terkait kebijakan
pemerintah yang dinilai kurang sesuai. Aksi ini menjadi isu hangat yang menimbulkan
pro kontra di seluruh kalangan. Tidak
terkecuali mahasiswa di PKN STAN. Alih-alih melakukan aksi demo seperti
mahasiswa perguruan tinggi lainnya, BEM PKN STAN mengadakan dialog mahasiswa
bersama Direktur PKN STAN bertajuk “Pergerakan Mahasiswa Kedinasan Menanggapi
Isu Nasional” pada Selasa (08/10/2019) kemarin. Acara ini diadakan sebagai
sarana penghubung aspirasi mahasiswa dengan pihak kampus yang diwakili oleh
Direktur PKN STAN secara langsung, Rahmadi Murwanto. Bertempat di ruang F103,
acara tersebut dihadiri oleh perwakilan mahasiswa dari berbagai jurusan dan
elemen kampus PKN STAN.
Sejak
acara dibuka, Direktur PKN STAN langsung memberikan kesempatan kepada peserta
diskusi untuk bertanya. Pertanyaan pertama berkaitan dengan adanya isu bahwa
mahasiswa PKN STAN bukan sepenuhnya mahasiswa. Beliau mula-mula balik bertanya,
“Apakah mahasiswa itu?”. Sang penanya, Habibie, D III Pajak 2018, menjawab
bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual yang mana tugas utamanya adalah
belajar. Beliau langsung menimpali, “Nah, sudahkah kamu mempelajari isu-isu
tersebut?”
“Dalam
menghadapi masalah ini, kita harus menggunakan otak, jangan menggunakan emosi. Kalau
tidak, kita langsung bergerak setelah ada rumor, maka kita tidak ada bedanya
dengan orang non-intelektual,” tambah Beliau.
Beliau
menambahkan bahwa bila mahasiswa PKN STAN turut turun ke jalan tanpa prosedur
yang benar, takutnya akan dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak menyukai PKN STAN.
Menurutnya, banyak pihak yang ingin mengurangi anggaran pemerintah kepada
perguruan tinggi kedinasan, bahkan orang-orang dalam Kementerian Keuangan
sekalipun. Jangan sampai karena sebagian mahasiswa PKN STAN ikut berdemo, mahasiswa
dan orang lain yang tidak melakukannya malah ikut terkena imbasnya. Seperti
mahasiswa perguruan kedinasan lainnya, lebih baik bersikap diam saja.
Namun
demikian, beliau juga tidak ingin mahasiswa PKN STAN terlalu patuh dalam satu
komando dan tidak bisa berpikir kritis. Beliau menghimbau mahasiswa agar mengaji
masalah secara mendalam terlebih dahulu sebelum menentukan sikap. Menerima
keputusan dan berdiam diri tanpa mendalami akar permasalahan bukan merupakan sikap
yang baik.
“Pahami
isu secara mendalam, setelah itu pelajari penyelesaiannya,” saran beliau.
Bentuk
kritik tidak harus melulu dengan berdemo kepada pemerintah. Ada banyak hal yang
bisa kita lakukan, mulai dari mengumpulkan dana bantuan untuk korban hingga
mengusut dan menemukan bukti-bukti kecurangan oleh oknum-oknum nakal, atau
paling tidak membantu manajemen keuangan UMKM dan BUMDes daripada menyibukkan
diri dengan bahasan-bahasan yang tidak jelas.
Sedangkan
mengenai netralitas ASN, Rahmadi Murwanto meluruskan maksud netralitas ASN itu
sendiri. “Netral itu maksudnya tidak menunjukkan keberpihakkan ASN, tetapi kalau
di dalam hati tidak netral pun tidak apa-apa,” ungkap beliau.
Di
akhir acara, beliau menyampaikan pesan kepada BEM PKN STAN untuk lebih sering
mengadakan diskusi langsung antara beliau dengan mahasiswa. “Tinggal kalian
jadwalkan, kalau bisa setiap minggu,” ujar beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar